Tuesday, November 27, 2007

Fire…!


One minute for strategy…

Change your guns to fire mode…

Close your google, now…

And Go…!

Saya segera bergerak sesuai strategi yang telah kami rancang. Mas Anto, standby di belakang. Membidik musuh yang ada di depan kami. Saya, bergerak ke kiri depan, mencari posisi terdekat ke lawan. Di belakang saya, mas Idris siap mengcover pergerakan saya. Di sisi kanan, Saiful merangsek ke depan, dibayangi mas Fuisa yang melindungi pergerakannya. Kami berlima, melawan musuh dengan jumlah yang sama.

Berondongan peluru menyambut saya di tempat perlindungan pertama. Tumpukan ban bekas menjadi korban peluru lawan. Dari balik perlindungan, saya lihat ada dua musuh yang masuk jangkauan tembak. Tapi, keduanya berada pada posisi yang cukup aman, terlindung dibalik papan bambu dan tumpukan ban bekas. Di posisi yang lebih jauh, seorang sniper mengincar dari balik tembok bata. Moncong senjatanya mencuat dari lubang tembok.

Fuiuhhh…!.Tegang, takut, gregetan, lebur jadi satu. Ingin rasanya, menghabisi musuh sebanyak mungkin. Tapi, saya yakin musuh juga kebelet menembakkan pelurunya. Saya coba melihat kebelakang, Mas Idris dalam posisi tiarap. Untuk bergerak lebih dekat ke musuh, saya harus mendapat jaminan pengcoveran dari mas Idris. Ketiadaan alat komunikasi jarak jauh, cukup menyulitkan komunikasi rahasia ini. Bodoh kalo musuh juga mendengar omongan rahasia saya dengan mas Idris.

Tret… tet… tet… tet…! Suara tembakan dari arah kanan. Tampaknya Saiful dan mas Fuisa mulai berpesta dengan berondongan senjatanya. Saya lihat ke depan, dua musuh terpancing dengan suara tembakan. Mereka tidak lagi mengarahkan senjatanya ke posisi saya. Kesempatan emas neeh, batin saya. Secepatnya saya bidik badan musuh yang sedikit keluar dari balik perlindungan. Tret…! Cukup satu tembakan untuk melumpuhkan korban pertama.

Bidikan masih saya arahkan ke posisi yang sama. Mangsa kedua yang menyadari temannya roboh, segera membidik ke arah saya. Sayang, responnya terlambat, Tembakan kedua saya lebih cepat melesat, tepat mengenai rahangnya.

Berita duka, mas Idris tertembak. Tapi, satu musuh berhasil dilumpuhkan mas Anto. Kini posisinya 4 lawan 2, kami lebih berani ke depan. Satu musuh kembali terkapar. Mungkin Saiful yang berhasil menjatuhkannya. Kami lebih merangsek ke arah lawan.

Melihat posisi sudah aman, saya berani keluar dari perlindungan. Membidik ke arah sniper musuh yang berjuang sendirian, berlindung di balik tembok. Peluru belum sempat melesat, ketika akhirnya sasaran mengangkat tangan tanda menyerah.

Babak pertama, kami menang…!

1 comment:

  1. ceritanya sih seru, tapi potonya kok burem yo. mana kamu? Oh yang lagi ribet ama senjata di tangan itu ya? Pasti kecantol ya?
    hihihihi sukses mas!

    ReplyDelete