Friday, October 30, 2009

Carlos Moncayo, Makelar Pakaian Peraih Asia's Best Young Entrepreneur 2009


Makelar, bisa dibilang itu pekerjaan yang dilakoninya. Bukan sekedar makelar siy, karena dia harus mengerjakan banyak hal, mulai dari menyeleksi pabrik pemasok pakaian di China, menangani pra-produksi dan mengawasi proses produksi sekaligus pengiriman barang sampai di tangan pemesannya di kawasan Amerika Selatan. Inilah yang mengantarkannya menjadi Best Asia’s Young Enterpreneur, tahun ini.

Lahir dan besar di Ekuador, hingga menyelesaikan kuliah hukum di Pontifical University Quito, Carlos Moncayo (28 tahun) melanjutkan kuliah di Willamette University Law School, USA. Karena tertarik dengan hukum China, dia mengambil program beasiswa di Shanghai selama 2 bulan. Tanpa ada kemampuan berbahasa Mandarin sedikitpun, dan hanya berbekal uang $400 serta mimpi besar, Moncayo pun menapakkan kakinya di China.

Berawal dari magang di firma hukum Lehman, Lee & Xu, dan menangani beberapa klien dari Amerika Selatan yang menjalankan bisnis di China, Monsayo menemukan peluang bisnis. Kebanyakan kasus yang ditanganinya berkaitan perusahaan menengah yang kesulitan menangani proses ekspor-impor. Setelah berdikusi dengan dua saudaranya, Fernando dan Luis, Monsayo mewujudkan idenya. Bulan Agustus 2004, mereka mendirikan ASIAM, yang bertujuan menjembatani pembeli dan pemasok, serta mengurangi hambatan perbedaan lokasi dan budaya untuk keamanan dan kemudahan transaksi internasional.

Tahun 2008, ASIAM berhasil mendapatkan pesanan senilai $29 juta, dan selama 5 tahun terakhir, meraih pertumbuhan 112% serta melayani 70 klien yang mengimpor pakaian dari 300 pabrikan RRC. Karena klien-klien ASIAM berasal dari Meksiko, Spanyol, Guatemala, Panama, Kolombia, Peru, Ekuador, dan Argentina, Moncayo harus membagi waktunya di antara China dan Amerika Selatan. Meski begitu, Moncayo masih menyempatkan waktu untuk meningkatkan kompetensinya. Desember ini, dia akan mendapat gelar diploma di bidang manajemen dari Shanghai's China Europe International Business School.

Sumber: BusinessWeek

Wednesday, October 28, 2009

The Fun Theory, karena berbuat baik itu (sebenarnya) menyenangkan…







Siapa siy, orang yang ga pengin berbuat baik? Dan saya yakin, setiap manusia, sejahat apapun dia, masih memiliki setitik kebaikan dalam dirinya. Tapi, karena berbagai alasan, sering kita membuang sia-sia kesempatan berbuat baik. Bisa karena malas, tidak mau repot, enggan dikomentari macam-macam atau paling parah, karena tabiat jahat begitu mendominasi diri kita (na’udzubillahi min dzalik…).

Berbuat baik bukanlah hal yang sulit, karena ia bisa kita lakukan secara sederhana mulai dari hal terkecil. Membuang sampah di tempat yang sudah disediakan, bukan pekerjaan yang berat, bukan? Memberikan tempat duduk kepada yang lebih membutuhkan di kendaraan umum, akankah menyulitkan kita? Atau makan dan minum dengan duduk menggunakan tangan kanan, seberapa susah siy untuk melakukannya?

Nah, bagaimana jadinya, jika berbuat baik bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan? Apakah orang-orang akan berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan? Itulah yang dilakukan VolksWagen, dengan meluncurkan kampanye Fun Theory untuk menciptakan kebiasaan baik sekaligus menyenangkan. Apakah cara ini berhasil? Sila Anda simak video kampanye Fun Theory di website-nya…

Selamat berbuat baik sekaligus menyenangkan, Kawan…


- Sumber gambar: http://www.fierceselling.com/wp-content/uploads/2010/07/Volkswagen-The-Fun-Theory.jpg

Saturday, March 21, 2009

Kopdar milis CCI: The Next Rising Star, sikap hidup kreatif, David Droga, dan jangan pernah mengeluh!

Jam setengah delapan malam Rabu sore itu, akhirnya saya sampai di halte busway Harmoni, ketemu dengan Roy, teman kampus yang sekarang tinggal di Jakarta. Kita berdua beruntung mendapatkan tiket gratis acara kopi darat ulang tahun ke-7 milis Creative Circle Indonesia (CCI), milisnya praktisi iklan (termasuk mahasiswa dan orang biasa yang mencintai periklanan) se-Indonesia, yang kami tergabung di dalamnya. Lumayan lah, bisa dapet tiket seharga 150 ribu rupiah itu. He3…

Setengah jam menelusuri jalanan Jakarta, saya sampai di Menara Jamsostek, Gatot Subroto. Masuk ke venue, acara belum dimulai, jadi saya masih sempat makan malam (mumpung gratis, euy). Jam setengah sembilanan, acara inti pun digelar, talkshow dengan tema “The Next Advertising Rising Star”. Dipandu om Daniel Rembeth, moderator milis CCI, yang CEO The Jakarta Post.

Pembicara pertama, om Budiman Hakim, Creative Director Macs 909 sekaligus penggagas milis CCI ini. “ Jadikan kreatif sebagai sikap hidup kamu, apapun yang kamu lakukan”, itu yang bisa saya tangkap dari pembicaraan Beliau. Bahkan, seorang ibu yang bisa mengatur uang belanja pemberian suaminya yang hanya 400 ribu untuk makan sekeluarga sebulan, ia adalah seorang kreatif luar biasa.

Giliran ke-2, tampil om Amrie Z. Noer, alumnus Teknik Arsitektur ITB yang terjun ke dunia iklan (Chairman Mad Communications). Pesan Beliau yang terekam di benak saya adalah: “Anda berada di jalur yang tepat!” Kenapa? karena era ekonomi kreatif segera hadir di depan mata kita. Di Indonesia, industri kreatif ( periklanan masuk di dalamnya) menyumbang 7 % dari GDP. Om Amrie juga bercerita tentang David Droga, salah satu ikon periklanan dunia dengan segudang prestasinya. Seorang creative director ketika usianya baru 21 tahun, mengoleksi 40 Cannes Lions, 12 D&AD Awards, termasuk dalam 40 Most Influential People in Europe under the age of 40 versi Media Magazine 2001.

Ivan Hadiwibowo, Executive Creative Director JWT, tampil sebagai pembicara ketiga. Profesional muda ini, menjelaskan tentang 16 Habits Creative People, yang dulu pernah diposting om Budiman Hakim di milis CCI. “Kreatif adalah dibentuk dengan kebiasaan, bukan sekedar bakat” itu yang saya ingat dari pembicaraannya.

Pembicara ke-4, Glenn Marsalim, seorang creative freelancer. Bagi dia, setiap orang bisa jadi rising star untuk orang lain, dan itu tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun. Iim Fahima adalah rising star bagi Glenn, karena ada ikatan emosional di antara mereka. Tapi, bahkan seorang David Droga pun bukanlah seorang rising star di mata Glenn, karena tiadanya ikatan personal di antara keduanya.

Di bagian akhir, tampil mba Iim Fahima, owner Virus Communication ( saya pernah tes copywriter di biro iklan tsb), menjelaskan tentang iklan online yang menjadi bidang usahanya. Era digital, memungkinkan semua orang menjadi the next rising star. Dan tren yang terjadi, banyak anak muda yang expert di bidang IT, ujung-ujungnya akan muncul seagai seorang entrepreneur dengan mendirikan usahanya sendiri. Dan ketika anak muda tersebut bertemu orang yang hebat di marketing, pasti memunculkan revolusi dalam dunia online. Seperti fenomena kesuksesan facebook dan wordpress. Dan satu hal yang perlu dicamkan oleh mereka yang sedang dalam proses menjadi the next rising star: “Jangan pernah mengeluh!”

Jam 22.30, saya cukupkan berada di acara itu. Kayaknya ada acara lanjutan yang tidak perlu saya ikuti, bahkan wajib saya tinggalkan. Sudah banyak “suplemen” yang bisa saya reguk dari acara tersebut. Saatnya pulang ke kost teman saya, istirahat untuk mempersiapkan perjalanan pulang esok hari.

Monday, March 16, 2009

Me Undercover: 7 Hal Baru dalam Kehidupan Saya

Tanggal 15 Maret ini, genap 3 bulan sejak postingan terakhir saya di blog ini. Ya, cukup lama juga saya terkena sindrom “writer’s block” di awal karir kepenulisan yang masih pemula banget ini. He3…

Ternyata, 3 bulan terakhir ini banyak perubahan di dunia ini dan saya bersyukur terjadi pada sebagian diri dan kehidupan saya juga. Perubahan yang semoga bisa menempa diri ini menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Apa saja yang tercatat dalam ingatan saya selama menghilang dari dunia per-blog-an itu?
1. Saya mulai menjalani kehidupan usia 24 tahun, sebuah usia yang layak untuk menjadikan saya lebih dewasa. Ehm…meski berat, saya harus terus mencoba menggenapkannya.
2. Kehilangan seorang wanita yang sangat saya cintai dan sayangi. Ya, ibu saya meninggal di usianya yang ke-55 tahun, melalui skenario serangan stroke mendadak di pagi hari tanggal 29 Desember 2008. Saya yakin, Allah Maha Agung dalam mengatur seluruh lakon kehidupan makhluk-Nya.
3. Majalah Cakram ( tentang periklanan ) sudah tidak terbit lagi, sedikit mengurangi bahan bacaan saya ketika numpang baca di Gramedia. Mungkin saya perlu mencari majalah baru sebagai penggantinya. Ada rekomendasi, Teman?
4. Menemukan kembali beberapa teman lama saya, dan beraktivitas bersama mereka. Mungkin sudah tidakseindah dulu, tapi saya bersyukur bisa menemukan keindahan baru yang lebih mempesona.
5. Mulai keranjingan posting di sebuah milis, dan berusaha menghidupkan milis tersebut dengan tulisan yang menarik dan menginspirasi.
6. Morange, aplikasi ponsel andalan saya, mulai kehilangan daya tariknya. Pushmail-nya sudah ga berfungsi lagi, chat mending pake eBuddy, teman-teman moranger saya juga banyak yang menghilang.
7. Berusaha lebih fokus menjalani kehidupan, menyusun ulang skala prioritas rencana hidup yang pernah saya buat dan segera melangkahkan kaki untuk mewujudkannya.

Trus, apalagi ya? Kayaknya, cukup 7 hal di atas yang layak saya share di ruang ini. Yang lainnya, off the record saja. Dan saya senang bisa mulai menulis lagi…