Tuesday, December 25, 2007

Satu Ide, Beragam Warna

Bajak-membajak ide di dunia kreatif, itu sudah biasa. Praktek pembajakan ini tidak hanya di tataran ide, bahkan merambah ke brainware alias si pemilik otak pencetus ide. Ga heran, tingkat turn over karyawan di perusahaan kreatif, melonjak tajam. Contoh nyata, di dunia periklanan. Seorang Art Director atau Copywriter yang menangin award, namanya bakalan melejit. Jadilah, tawaran kerjaan datang dari mana-mana. Walhasil, dalam setahun bisa pindah 2 sampai 3 biro iklan.

Fenomena bajak membajak ide ini, terjadi pula di perusahaan saya yang punya core bisnis penerbitan buku. Disebut perusahaan di bidang kreatif, boleh juga. Suatu waktu, kita ngeluarin katalog edisi 1 tahun. Di buat cukup serius dengan kemasan lumayan lux. Di cover, terpampang tagline Brand Lokal Rasa Global. Menurut saya pribadi, klise banget siy, sudah banyak yang pake dan sedikit over promise. Tapi, secara eksekusi, keren juga seeh...

Beberapa hari kemudian, rekan kerja bilang, ada penerbit buku pesaing yang niru tagline kita. Dipasang di katalog pula, jadi keliatan banget me too-nya. Meski sudah di utak-atik jadi Buku Global Serasa Lokal. Weizzz...bakalan seru neeh, batin saya.

BTW, saya jadi ingat adagium There is Nothing New Under the Sun. Intinya, ga ada yang baru di dunia ini. Termasuk juga ide atau gagasan kreatif. Kalo hari ini kita menemukan ide asli dari otak kita, jangan kaget kalo suatu hari nemuin ide yang sama muncul dari belahan bumi lain. Ide kita telah dijiplak mentah-mentah? Belum tentu, Bos. Kok bisa ya, ada dua ide yang sama dalam satu waktu? Bisa banget lah. Namanya juga manusia, serba terbatas. Termasuk kemampuan kreasi imajinasi otak kita.

Untuk menciptakan satu karya kreatif, ide saja, tidak cukup. Perlu keterampilan untuk mengolah ide tersebut menjadi sebuah produk akhir. Satu ide, bisa jadi macem-macem tampilannya. Semua orang bisa saja punya ide yang sama. Tapi, kemampuan masing-masing orang lah yang menentukan hasil akhirnya.

Kalo di kreatif iklan, keterampilan ini biasa di sebut crafting. Iklan yang bagus, punya pondasi ide cerdas, difinishing dengan craftmanship handal . Hasilnya, iklan yang luar biasa.

Pernah ikut kuliahnya dosen killer yang membosankan banget ?Trus, di lain waktu, mendengar isi kuliah yang sama di bawakan dosen favorit dan kita menikmatinya? Satu ide, beda cara penyampaian. Ternyata beda juga hasilnya ya.

Jadi, ide boleh sama. Yang penting, eksekusinya beda. Kalo harus jadi nomer dua, main cantik di eksekusinya. Kudu lebih keren dari yang kita tiru. Sudah niru, ancur pula hasil akhirnya? Mending, ke laut aja...

Monday, December 24, 2007

Ketemu Tiga Akhwat Modis

Klik...klik...klik...

Counter manual, saya klik tiga kali seiring tiga sosok berkerudung lebar melewati pintu masuk Arafah Bookstore. Berjilbab warna gelap, menandakan ketiganya bukan wanita sembarangan. Maksudnya, ga semua wanita sanggup mengenakan busana yang kontras banget dengan busana wanita kebanyakan itu.

Mereka langsung asyik memilah-millih buku yang tertata rapi di rak. Dibumbui sedikit canda khas wanita. Tahu sendiri lah, akhwat itu manusia juga.

Beberapa waktu berselang, salah satu dari mereka, membawa setumpuk buku hasil buruan bertiga. Kebanyakan, buku-buku program diskon bulan ini. Lebih dari sepuluh buku, totalnya. Tapi, mungkin belum puas dengan hasil tangkapannya, dia bergegas menuju area buku program diskon, bergabung kembali dengan rekannya. Mungkin, biar ga ribet bawa, belanjaan buku dititipin dulu di kasir. Maklum, wanita…

Mas, buku yang diskonnya 70 persen, di sebelah mana ya?. Tanya salah seorang dari mereka. Ups...olala... ternyata, ni akhwat, modis juga. Sudah borong buku diskonan 40 persenan, masih nyari yang 70 persen. Ga papa seeh. Namanya aja akhwat modis, Modal Diskon. Kalo belanja, nunggu ada diskon gedhe.

Ha...ha...ha...

Saturday, December 22, 2007

I Was Thrown Out…

Mas, ada uang pas ?”

Ga ada, Pak”.

Cari dulu dech”.

Bener, ga ada”.

Kalo gitu, Anda turun di Janti. Ikut bis belakangnya ini

Owww...

Saya ga bisa jawab apa-apa. Sampai di agen bis EKA di Janti, Jokja, saya pun turun secara ksatria. Jadi penasaran aja. Masa seeh, manajemen bis EKA sesadis ini. Ngusir penumpang, gara-gara ga ada uang pas.

Nanya ke penjaga agen, bis berikutnya datang jam setengah 8. Mau nukerin uang 50 ribuan, dia ga bilang ga punya. Ya sudahlah. Nekat aja naik bis EKA yang jam setengah 8. Secara waktu, boleh juga bis ini. On Time. Tapi, saya masih penasaran dengan cara penyelesaian buat penumpang yang bayar ga pake uang pas dan kondekturnya ga ada kembalian. Persis nasib saya ini.

Turun mana, Mas?”

Solo, Pak”. Uang 50 ribuan saya sodorkan ke pak kondektur.

Waduuh, uang pas aja, Mas”.

Ga ada, Pak”.

Solonya, turun terminal ya”.

Di balik ticket, kondektur nulisin angka 41.000. Artinya, saya masih punya piutang 41.000 yang bisa diambil nanti, pas turun di terminal. Saya nurut aja. Daripada di usir lagi.

Hari ini, saya telat ngantor...

Tuesday, December 18, 2007

Small Things...

Ketika kita sudah muak dengan rutinitas sehari tadi, mungkin kita perlu merenung sendiri di sepertiga malam terakhir ini. Kalau hari-hari terasa gersang, mendengarkan khutbah Jum’at sambil menghitung dosa-dosa kita selama ini, mungkin cukup membasahi kekeringan hati.

Jika diri, penuh dengan debu maksiat yang menumpuk sebulan lamanya. Menyepi di sudut masjid semalam saja, semoga bisa mengikis sedikit kerak dosa kita. Kala bulan demi bulan berlalu tanpa sisa, cobalah untuk memberikan hak mereka dari sebagian rizki kita. Semoga, berbalas anugerah surga.

Hal kecil bagi kita, bisa jadi...

Thursday, December 13, 2007

Break the Record !

Semalam, saya mecahin rekor baru. Apa itu? Tidur lewat jam 11 malam.

Dari awal kerja di Arafah, normalnya, saya tidur jam 9 lewat dikit. Paling pol, jam 10 sudah K.O. Ga tau ya, bawaannya tuch, jam segitu pasti ngantuk.

Beda banget sama jaman kuliah dulu. Jam 12 malam, baru mulai ngantuk. Setengah jam kemudian, baru bisa merem. Sebelumnya ngapain aja, coba ? Ngerjain tugas, enggak. Baca buku juga enggak. Paling ngobrol sama teman atau ngegame di komputer. Ga manfaat banget ya.

Baru tadi malam, saya masih ON sampe jam setengah 12. Jam 10, masih makan mie rebus di sego kucing Bang Amir. Pulang ke kost jam 10.30, ga bisa langsung tidur. Baru kerasa, kost banyak nyamuknya. Jam sebelas lewat, mas Naufal pulang. Saya bukain pintu bwt dia. Setelah itu, baru mata saya bisa terpejam santai.

Allahu Akbar...Laa ilaaha ilallah...

Weitt...sudah iqomah Shubuh. Telat neeh. Makanya, besok tidur gasik wae. Ga usah pake Break the Record-Break the Record-an segala.

Mohon ampuni hamba-Mu Ya Allah…

Tuesday, December 11, 2007

Congratz to 25 Frames

Pas browsing tadi pagi, nemu info penting, meski rada basi. Pemenang Citra Pariwara 2007. Acaranya 30 November lalu, di hotel Nikko Jakarta. Dulu, pengin nonton seeh. Tapi, keburu dapat kerjaan. Jadilah, nunggu publikasi pemenangnya aja.

Seperti yang sudah saya prediksikan sebelumnya, iklan seri korporatnya Gudang Garam berjaya di hajatan iklan terbesar di Indonesia tahun ini. Terutama pada kategori craft-nya. Rumahku Indonesiaku, Cahaya Asa dan Indonesia Adya, merajai hampir di semua kategori. Lebih lengkapnya, bisa dilihat di blog citrapariwara 2007.

25 Frames. Nama yang paling berperan dibalik kemenangan Gudang Garam. Rumah produksi yang digawangi oleh Ipang Wahid ini, adalah eksekutor ide iklan seri korporat Gudang Garam. Mulai dari Rumahku Indonesiaku, seri Ramadhan, Iedhul Fitri, sampe yang terakhir, iklan Lebaran yang versi nari-nari itu lho. Tahun baru 2008, mereka bwt iklan kaya apa, yach?

Sekali lagi, selamat bwt Ipang Wahid dan seluruh crew 25 Frames. We wait your next masterpieces, guys !

Monday, December 10, 2007

Vista Ala Putrajaya


Kemarin, pas main ke Semarang, saya nemu foto ini di komputer teman. Jadi nostalgia, ketika saya jalan-jalan ke luar negeri. Cie...

Malaysia, negara yang sering bikin masalah sama Indonesia. Akhir Agustus 2005, saya pergi ke sana. Bareng teman satu angkatan, ditambah beberapa dosen pendamping. Meski hanya 7 hari di Malaysia, lumayan berkesan juga...

Selama di Malaysia, kita tinggal di hotel Wira. Hotel bintang dua di Jalan Tambosami, Kuala Lumpur ( KL ). Dekat jalan Putra, yang ada PWTC ( Putra World Trade Centre ). Pertemuan level internasional sering diselenggarakan di gedung ini. Trus, juga ada The Mall, pusat perbelanjaan cukup kondang di KL.

Objek studi lapangan kita, namanya Putrajaya. Ibukota pemerintahan negara Malaysia yang baru. Kantor Perdana Menteri dan sebagian besar Kantor Kementerian, sudah dipindahkan ke kota ini. Sedangkan Kualalumpur, lebih berfungsi sebagai pusat bisnis dan perdagangan.

Putrajaya merupakan well planned city, kota yang sangat terencana. Maklum saja, sebelum berwajah kota, kawasan ini hanyalah perkebunan kelapa sawit yang gersang. Di tangan arsitek-arsitek handal Malaysia lah, kawasan ini dibangun dari nothing menjadi kota canggih sekaligus indah.

Danau buatan, mengelilingi seluruh kota. Jalan yang lebar dan perabotan jalan tertata rapi. Bangunan megah dengan teknologi terkini. Fasilitas hidup lainnya, juga komplit. Hotel berbintang, pusat perbelanjaan, stasiun KA, terminal bis dan taman-taman umum, tersedia disana. Bahkan, kini Putrajaya menjadi salah satu objek tujuan wisata di Malaysia.

Ada yang pengin nikmati vista ala Putrajaya ? sok atuh jalan-jalan ke Malaysia. Paling-paling, ditimpukin batu sama pengunjukrasa anti-Malaysia.

Ha.ha.ha...

Friday, December 07, 2007

Do! judge by it’s cover

Yang penting kan jilbabin hati dulu, setelah itu baru pake jilbab fisik. Daripada sekedar pakai jilbab, tapi kelakuannya masih ga bener. Malah menodai kesucian jilbab aja”.

Begitulah jawaban klise muslimah untuk menghindari kewajiban menutup auratnya di hadapan lawan jenis yang bukan mahramnya. Ungkapan seperti itu juga yang sempat tercatat di memori otak saya. Seorang teman, lebih tepatnya adik kelas di kampus, yang mencetuskannya.

Don’t judge by its cover”‘, Jangan menilai sesuatu dari tampilan luarnya saja. Mantra ini juga populer di tengah masyarakat. Sampul buku keren, ga selalu dalemnya bermutu. Jadi, belum tentu yang berjilbab, juga berhati mulia. Bukan jaminan muslimah yang menutup auratnya, terbebas dari iri dan dengki. Buktinya, banyak ibu-ibu berjilbab yang doyan ngrumpiin urusan rumah tangga orang.

Ya iyalah, namanya juga manusia…

Tapi, lebih kecil kemungkinannya orang yang berpakaian bolong-bolong punya kehormatan diri yang lebih tinggi. Atau benarkah wanita yang gemar memamerkan auratnya, bisa lebih menjaga hatinya ?. Apakah orang yang berpakaian super ketat, mampu menebarkan kedamaian di hati orang lain ?.

Jadi, tampilan fisik yang baik memang bukan jaminan isi hatinya juga baik. Apalagi, yang kemasan luarnya sudah ga bener, kemungkinan besar isinya juga ancur. Orang marketing mungkin lebih tahu soal ini. Untuk memasarkan produk premium, perlu kemasan yang eksklusif tentunya. Dan ga normal kalo produk jelek dikemas dengan desain yang mewah dan luks. Itu namanya mengakali konsumen dan buang-buang duit!

Kadang saya mikir, enak banget jadi lelaki ya. Sekedar pake celana dibawah lutut, dipadu kaos oblong, atau bahkan sehelai kaos singlet, sudah mencukupi secara syar’i. Asal, jangan nekat memakai kostum seperti ini ketika pergi kondangan saja.

Thursday, December 06, 2007

Profesional is a must

Lucu juga ya, kalo dua orang yang berteman cukup akrab, harus ngomong atas nama perusahan masing-masing. Itu yang terjadi antara saya dan teman saya. Biidznillah, kita berada di dua perusahaan berbeda, dan ada sedikit permasalahan. Posisi saya di pihak yang dirugikan. Saya, atas nama perusahaan, komplain terhadap kesalahan tersebut.

Terjadilah dialog dengan bahasa formal dibumbui majas eufimisme supaya bisa ngomong tegas tanpa menyakiti hati lawan bicara. Kami, mohon maaf, terima kasih, Bapak, dan beberapa kosakata resmi nan cantik lainnya, muncul dalam dialog singkat sore itu. Saya yakin, kalo suara diseberang sana . ya temen saya itu. Kayaknya sich, dia juga tahu lagi ngomong sama siapa.


Yach, begitulah profesionalisme adanya.
Di tempat nongkrong, boleh aja slengekan. Tapi kalo sedang mewakili perusahaan atau profesi, profesional itu pasti.

Buat Mas Arul di Laweyan, mohon maaf dan terima kasih...

Wednesday, December 05, 2007

Apa kabar TVC Indonesia ?

Sejak tinggal di Solo, jarang liat iklan neeh. Khususnya yang TVC ( TV Commercial ), alias iklan TV. Sebenernya bisa liat di tvconair.com seeh, tapi belum sempat buka. Lagi sibuk sama mainan baru saya. Apa coba ? Ya blog ini, pastinya.

Kalo ada iklan baru yang bagus, kasih tau saya yach...

Monday, December 03, 2007

Semarang, Ndez...!

Hari ini saya kembali ke Semarang. Kota yang pernah saya tinggali selama 5 tahun. Sedikit nostalgia juga, meski baru sebulan lalu saya tinggalkan. Ketemu sama anak-anak kost saya yang dulu. Menikmati malam hari Tembalang dengan segelas es nutrisari di warung sego kucing depan MPD ( Masjid Pangeran Diponegoro ), masjid terpopuler di Tembalang.


Besok pagi, saya mesti ke kampus. Ngurus transkrip nilai yang sedikit bermasalah. Tempat lahir saya ditulis di Semarang, padahal umur 18 tahun saya baru menginjakan kaki di kota ini. Atau yang nulis transkrip sedang nyindir saya, karena masa studi saya yang kelamaan.


Saya sempatkan mampir warnet langganan dulu ( seminggu 1 kali aja seeh ). Masih adem juga AC-nya. Headsetnya juga masih yang lama, bikin pegel telinga. Ga tau harganya, masih kayak dulu gak. Kan belum bayar...


Ow iya, besok saya harus balik ke Solo lagi. Soalnya, saya izin bwt 1 hari aja. Tapi, ga tau kalo harus nunggu transkripnya beres. Mungkin, bisa diperpanjang sampe Selasa. Kalo lebih dari itu, saya tinggal aja transkripnya di kampus.