Friday, December 07, 2007

Do! judge by it’s cover

Yang penting kan jilbabin hati dulu, setelah itu baru pake jilbab fisik. Daripada sekedar pakai jilbab, tapi kelakuannya masih ga bener. Malah menodai kesucian jilbab aja”.

Begitulah jawaban klise muslimah untuk menghindari kewajiban menutup auratnya di hadapan lawan jenis yang bukan mahramnya. Ungkapan seperti itu juga yang sempat tercatat di memori otak saya. Seorang teman, lebih tepatnya adik kelas di kampus, yang mencetuskannya.

Don’t judge by its cover”‘, Jangan menilai sesuatu dari tampilan luarnya saja. Mantra ini juga populer di tengah masyarakat. Sampul buku keren, ga selalu dalemnya bermutu. Jadi, belum tentu yang berjilbab, juga berhati mulia. Bukan jaminan muslimah yang menutup auratnya, terbebas dari iri dan dengki. Buktinya, banyak ibu-ibu berjilbab yang doyan ngrumpiin urusan rumah tangga orang.

Ya iyalah, namanya juga manusia…

Tapi, lebih kecil kemungkinannya orang yang berpakaian bolong-bolong punya kehormatan diri yang lebih tinggi. Atau benarkah wanita yang gemar memamerkan auratnya, bisa lebih menjaga hatinya ?. Apakah orang yang berpakaian super ketat, mampu menebarkan kedamaian di hati orang lain ?.

Jadi, tampilan fisik yang baik memang bukan jaminan isi hatinya juga baik. Apalagi, yang kemasan luarnya sudah ga bener, kemungkinan besar isinya juga ancur. Orang marketing mungkin lebih tahu soal ini. Untuk memasarkan produk premium, perlu kemasan yang eksklusif tentunya. Dan ga normal kalo produk jelek dikemas dengan desain yang mewah dan luks. Itu namanya mengakali konsumen dan buang-buang duit!

Kadang saya mikir, enak banget jadi lelaki ya. Sekedar pake celana dibawah lutut, dipadu kaos oblong, atau bahkan sehelai kaos singlet, sudah mencukupi secara syar’i. Asal, jangan nekat memakai kostum seperti ini ketika pergi kondangan saja.

No comments:

Post a Comment