Bagi saya, cita-cita itu dinamis, selalu tumbuh mengikuti peningkatan kualitas diri. Dulu jaman masih SD, saya bercita-cita menjadi seorang ahli ekonomi. Saya lupa, alasan apa yang membuat bocah belum akil baligh itu punya cita yang berbeda dengan kebanyakan anak seusianya. Mungkin, karena saya doyan melahap berita ekonomi nasional maupun dunia di harian Suara Merdeka, Kompas atau Republika untuk menemani sarapan sebelum saya berangkat sekolah.
Usia SMP, dengan semakin berkembangnya usia dan pelajaran hidup yang menjejali diri, saya memutuskan untuk mengubah cita-cita. Waktu itu menjelang Pemilu 1999, para tokoh politik berlomba menjajakan konsep perbaikan negeri ini. Saya sangat mengagumi salah satu di antaranya sehingga menginspirasi saya bercita-cita menjadi politisi. Sering saya membayangkan, suatu hari akan berorasi tentang demokrasi dan kesejahteraan negeri di panggung politik tanah air. Wow...hebat sekali impian anak usia 13 tahun bercelana pendek selutut itu.
Ketika sekolah di SMA, lagi-lagi saya harus mengubah cita-cita. Berawal dari membaca sebuah buku tentang arsitektur dan tata kota karya Prof. Eko Budihardjo (Rektor Undip saat itu), lentera jiwa saya lirih membisikkan: “Inilah masa depan saya.” Sejak itu, saya mulai menuliskan kata “arsitek” dalam kolom cita-cita di setiap lembar biodata yang harus saya lengkapi. Hingga suatu hari di tahun 2002 ketika ratusan ribu anak lulusan SMA sedang menantikan pengumuman UMPTN tahun itu, saya sedikit tak percaya bahwa Jurusan Arsitektur Undip sudi mengijinkan saya belajar di sana.
Ternyata, cita-cita menjadi seorang arsitek hanya bertahan 2 tahun dalam lembaran hidup saya. Semester ke-5, saya menemukan sebuah kata;“Copywriting” dan saya pun jatuh cinta. Saya mulai belajar bagaimana menulis secara kreatif sekaligus persuasif dan bisa menyampaikan pesan secara efektif serta efisien. Artikel dan ebook tentang bagaimana memasarkan dan menjual dengan kata-kata, menjadi santapan sehari-hari. Hingga saya mulai akrab dengan Periklanan (advertising), Permerekan (branding) dan Pemasaran (marketing), yang semakin meyakinkan saya untuk menjadi seorang Copywriter. Cita-cita itu masih bertahan hingga sekarang, ketika saya sedang merampungkan tulisan ini.
Setiap episode kehidupan adalah misteri, hingga kita selesai melaluinya. Kata Steve Jobs:” Hidup itu menghubungkan titik-titik, yang hanya bisa dilakukan dengan melihat apa yang sudah Anda jalani.” Hingga detik ini, saya masih bebas untuk memutuskan akan menjadi seperti apa di masa depan. Apapun itu, semoga bisa menjadi lentera jiwa dan menjadi manfaat untuk sesama.
Jadi, apa cita-cita Anda hari ini?